Kata pengantar
Pujis
syukur kepada TUHAN yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidahyahnya
sehingga penulisan makalah ini dapat selesai.Harapan penulisan ini dapat
bermamfaat walaupun penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pebaca.
Seperti diketahui bersama bahwa
Indonesia mempunyai lahan perkebunan kelapa sawit. Bila ditinjau dari segi
produktivitas, Indonesia dari tahun 2006 sudah mengalami peningkatan dan
mengalahkan produktivitas Malaysia. Ini memperlihatkan efisiennya pengolahan
kelapa sawit di Indonesia selama ini. Dengan melihat kondisi – potensi lahan,
industri minyak kelapa sawit, pasar hasil industri kelapa sawit baik dalam
negeri maupun luar negeri serta membandingkannya dengan nilai perdagangan
kelapa sawit Indonesia dan dunia, makalah ini menyajikan informasi berkaitan
dengan minyak kelapa sawit. Unsur‐unsur
penunjang perekonomian nasional seperti sektor perkebunan, industri minyak
kelapa sawit.
Bekasi, 3 februari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------------------------------------------------- I
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- II
BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
1.1 LATAR BELAKANG----------------------------------------------------------------------------------------------- 3
1.2 RUMUSAN
MASALAH------------------------------------------------------------------------------------------- 3
1.3 TUJUAN---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 3
1.4 MANFAAT------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 4
1.5 BATASAN
MASALAH--------------------------------------------------------------------------------------------- 4
1.6 ASUMSI---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 4
BAB II PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------------------------------------------- 5
2.1 PERKEMBANGAN
KELAPA SAWIT---------------------------------------------------------------------- 5
2.2 HASIL KELAPA
SAWIT----------------------------------------------------------------------------------------------------- 8
2.3 PRODUKSI
KELAPA SAWIT DAN PEMAMFAATANNYA--------------------------------------------------- 9
2.4 KENDALA
PENGEMBANGAN INDUSTRY KELAPA SAWIT NASIONAL--------------------------- 10
BAB III TINJAUAN-------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 11
3.1 ANALISIS------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 11
3.2 EVALIASI------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 11
BAB IV PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 12
4.1 KESIMPULAN---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 12
4.2 SARAN-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 12
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------------------------------------------- 13
Bab I
Pendahuluan
Selama ini dua sektor, industri dan lingkungan selalu
seolah dipertentangkan. Penyelarasan antara keduanya hingga saat ini masih
belum memperoleh cara yang paling baik. Di satu sisi, kemajuan teknologi telah
menggiring manusia untuk mengeksplorasi bumi tanpa henti. Akibatnya,
keharmonisan alam yang sebenarnya telah memiliki sistem sendiri, menjadi
terganggu. Namun menghentikan laju industri begitu saja, bukanlah solusi. Pada
sisi lain, selama berabad-abad, kehidupan manusia telah bergantung pada
kemajuan teknologi dan sumber daya alam. Sehingga langkah bijak yang paling
memungkinkan sekarang adalah mengupayakan teknologi yang ramah lingkungan.
Idealnya, teknologi yang dapat membantu manusia menikmati kemudahan yang
disediakan bumi, sembari tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Banyak kasus yang dihadapi perusahaan pertambangan minyak
bumi dalam menyelaraskan antara industri dan lingkungan. Minyak bumi, sampai
saat ini masih menjadi sumber energi terbesar bagi dunia. Tak dapat dibayangkan
bagaimana jadinya kehidupan umat manusia tanpa emas hitam ini. Tampaknya,
sebelum alternatif sumber energi lain pengganti minyak bumi ditemukan, maka
usaha pertambangan minyak bumi akan terus memainkan peran yang penting bagi
kehidupan manusia. Repotnya, proses pengeboran dan produksi minyak bumi juga
mengandung risiko bagi kelestarian lingkungan. Berbagai penelitian dan upaya
terus dilakukan guna menemukan cara paling efektif mengatasi masalah limbah
minyak bumi ini.
Industri kelapa sawit di Indonesia telah berkembang pesat
dengan dukungan pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat pula hingga mencapai lebih
dari 6.3 juta hektar yang terdiri dari sekitar 60% yang diusahakan oleh
perkebunan besar dan 40% oleh perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan sawit
ini tidak terlepas dari politik ekspansi pada akhir 1970 an disertai pengenalan
PIR sebagai sarana untuk menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya
perkebunan sawit. Pertumbuhan pesat juga terjadi pada ke dua jenis pengusahaan
yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat
965 perusahaan dengan luas perkebunan 3.753 juta hektar yang dimiliki oleh
perkebunan Negara swasta nasional dan asing. Sementara perkebunan rakyat telah
mencapai 2,565 juta hektar, suatu perkembangan yang luar biasa mengingat pada
awal pengenalanya hanya 3.125 hektar (1979) yang hanya mewakili 1,20% saja dari
total perkebunan sawit yang ada ketika itu (Sutrisno, 2008).
Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak
dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi
baru pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu
alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel dimana bahan baku
utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama
Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah
lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan (Ariati, R,
2007), sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis
tidak dapat dikembangkan kembali.
Tuntutan masyarakat/konsumen terhadap produk yang ramah
lingkungan baik dalam proses produksi maupun pemanfaatannya semakin tinggi, ini
menimbulkan persaingan produsen untuk memanfaatkan bahan baku yang juga ramah
lingkungan, sehingga industri kelapa sawit menjadi pilihan.
Latar
belakang
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang
banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun
swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara
kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok
tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil
minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya,
mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen
harus berlaku profesional.
Rumusan masalah
1. tindakan apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu
dan meningkatkan pengembangan sektor kelapa sawit sehingga Indonesia menjadi
penghasil CPO terbesar
2. Kebijakan-kebijakan apa yang harus di tindak lanjuti
perusahaan dalam pengembangan industry kelapa sawit
3. Bagaimana pola perencanaan perusahaan industry kelapa
sawit untuk mengendalikan hasil produksi CPO sehingga akan semakin meningkat.
Tujuan
Tujuan dari pengembangan industri pabrik kelapa sawit ini adalah memanfaatkan peluang
yang dimiliki oleh Indonesia serta mengetahui hal-hal yang dibutuhkan dalam
rangka pengambangan hasil kelapa sawit.
Mamfaat
Industri kelapa sawit berpotensi menghasilkan
perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan diIndonesia. Kelapa sawit
merupakan produk pertanian paling sukses kedua di Indonesia setelah padi, dan
merupakan ekspor pertanian terbesar. Industri ini menjadi sarana meraih nafkah
dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar masyarakat miskin diIndustri
kelapa sawit berpotensi menghasilkan perkembangan ekonomi dan sosial yang
signifikan diIndonesia. permintaan dunia akan minyak sawit diperkirakan akan
semakin meningkat di masa depan,minyak sawit menawarkan prospek ekonomi yang
paling menjanjikan bagi Indonesia.
Batasan
masalah
1.
Perkembangan
industry kelapa sawit diindonesia akan semakin meningkat karena ketersediaan
lahan Indonesia yang masih sangat luas.
2. Permintaan Produksi minyak lelapa sawit akan
sangat meningkat karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru
pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif
pengganti tersebut adalah energi biofuel dimana bahan baku utamanya adalah
minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil
(CPO)
Asumsi
Setelah melakukan pengamatan
mengenai perkembangan industry Pabrik Kelapa Sawit (PKS) diperoleh kesimpulan
bahwa perkembangan industry kelapa sawit yang sangat pesat dapat mengembangkan
perekonomian Negara untuk kedepan,selain itu juga dapat membuka lapangan kerja
baru yang dapat mengurang jumlah penganguran di Negara ini.
Bab II
Pembahasan
PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT
Perluasan areal perkebunan kelapa
sawit semakin gencar dilakukan sebagai respon terhadap kebutuhan minyak masak
domestik maupun ekspor seiring dengan peningkatan populasi dan mahalnya
alternatif minyak masak lainnya (antara lain minyak kedelai dan lobak). Ekspansi
sawit progresif dan besar-besaran ke Indonesia bagian Timur sebenarnya sudah
dicanangkan sejak akhir masa pemerintahan Presiden Soeharto, yang dilanjutkan
semasa jaman Presiden Habibie (1998/1999). Kondisi ini dipicu oleh keinginan
pemerintah pada waktu itu untuk mengalahkan Malaysia sebagai produsen minyak
sawit terbesar di dunia dengan rencana untuk menggandakan luasan kebun menjadi
5,5 juta ha pada akhir tahun 2000. Para investor domestik dan
perkebunan-perkebunan swasta milik asing ditawarkan untuk melakukan
pengembangan perkebunan.
Ada beberapa kondisi yang menguntungkan bagi industri
minyak sawit Indonesia, yaitu mutu minyak sawit Indonesia tidak kalah dari
Malaysia dan Industri makanan di Amerika Serikat mulai beralih dari minyak
kacang kedelai ke minyak sawit sehingga peluang pasarnya masih sangat besar.
Namun, persaingan pasar minyak kelapa sawit juga cukup tinggi dimana berbagai
negara yang mempunyai lahan juga membuka perkebunan kelapa sawit seperti
Malaysia, Nigeria, Thailand, Brazil, Columbia, Belgia, Gabon, Gana, dan
lainnya. Terutama Malaysia yang saat ini menjadi Negara penghasil minyak sawit
terbesar di dunia, dimana mereka telah memiliki perkebunan sawit yang cukup
luas dilengkapi dengan pabrik pengolah sawit yang cukup besar dan dengan
standar pengolahan yang baik sehingga produknya dapat diterima pasar dunia.
Indonesia sendiri sebenarnya dapat bersaing karena permintaan terhadap minyak
sawit masih sangat besar karena produk olahan dan turunan dari minyak sawit
tersebut sangat banyak, bahkan sekarang telah ditemukan cara pengolahan minyak
sawit untuk menggantikan solar sebagai bahan bakar mesin diesel yang kini
persediaan minyak bumi semakin menipis dan minyak sawit dapat dijadikan
alternatif pengganti (biodiesel) yang tentunya sangat besar peluang pasarnya.
Sementara itu lahan di Indonesia masih sangat luas yang dapat dimanfaatkan
sebagi lahan perkebunan kelapa sawit, selain itu juga tenaga kerja Indonesia
masih sangat banyak, bahkan banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perkebunan
kelapa sawit Malaysia, sedangkan Malaysia sebagai saingan utama Indonesia
memiliki keterbatasan lahan dan juga tenaga kerja. Sehingga pada prinsipnya
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bersaing dalam Industri kelapa
sawit dunia.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah
sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan
tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).Kelapa sawit memiliki banyak jenis,
berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera,
dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga
dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan minyak
pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga
betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah
persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul
sebab melengkapi kekurangan masing‐masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga
betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya
dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%. Kelapa
sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non
migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk
memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di
Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai
insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi
untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan wilayah
baru untuk areal perkebunan besar swasta
Perkembangan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami mengingkatan yang sangat
signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil (CPO)
sebagai sumber minyak nabati. Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari
tahun ke tahun juga terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan
permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar
9,92%. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO
dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi
CPO di dunia. industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia
saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi
yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut
adalah energi biofuel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa
sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Biofuel ini
merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya
dapat terus dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika
cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali. Masalah energi
alternatif saat ini sedang menjadi perbincangan yang ramai di masyarakat.
Krisis bahan bakar minyak (BBM) saat ini telah menggugah masyarakat bahwa
Indonesia sangat bergantung pada minyak bumi. Dilihat dari luas daratan serta
tanahnya yang relatif subur, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan
bahan bakar dari tumbuhan atau biofuel. Energi alternatif biofuel yang dapat
diperbarui dapat memperkuat ketersediaan bahan bakar. Selain itu biofuel juga
ramah lingkungan sehingga bisa meningkatkan kualitas udara di beberapa kota
besar di Indonesia serta dunia.
Sorotan Dunia Internasional terhadap perkembangan
industri kelapa sawit di Indonesia semakin tajam, khususnya setelah Indonesia
menjadi negara produsen CPO terbesar di dunia.
Industri kelapa sawit di
Indonesia telah berkembang pesat dengan dukungan pertumbuhan perkebunan yang
sangat pesat pula hingga mencapai lebih dari 6.3 juta hektar yang terdiri dari
sekitar 60% yang diusahakan oleh perkebunan besar dan 40% oleh perkebunan rakyat.
Pertumbuhan perkebunan sawit ini tidak terlepas dari politik ekspansi pada
akhir 1970an sebagai sarana untuk menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam
budidaya perkebunan sawit. Pertumbuhan pesat juga terjadi pada ke dua jenis
pengusahaan yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun
2007 tercatat 965 perusahaan dengan luas perkebunan 3.753 juta hektar yang
dimiliki oleh perkebunan Negara swasta nasional dan asing. Sementara perkebunan
rakyat telah mencapai 2,565 juta hektar, suatu perkembangan yang luar biasa
mengingat pada awal pengenalanya hanya 3.125 hektar (1979) yang hanya mewakili
1,20% saja dari total perkebunan sawit yang ada
Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan (Ariati, R, 2007), sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali.
Tuntutan masyarakat/konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan baik dalam proses produksi maupun pemanfaatannya semakin tinggi, ini menimbulkan persaingan produsen untuk memanfaatkan bahan baku yang juga ramah lingkungan.Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia (Anonymous, 2006).Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun terakhir juga menunjukkan tren meningkat, rata-rata peningkatannya adalah sebesar 11%. Ekspor terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini berada di urutan ke3 dengan perbedaan share yang cukup jauh yaitu hanya berkisar 1,3%.Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia dan Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya. Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia dimana Malaysia sudah mulai terbatas.
Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor dunia cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju). Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia. Harga CPO dunia pada tahun 2006 adalah USD540/ton, relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga selama tujuh tahun terakhir.Untuk mengatasi fluktuasi harga ini, pihak gabungan pengusaha kelapa sawit Malaysia (MPOA) dan gabungan petani kelapa sawit Indonesia (GAPKI) mengadakan perjanjian kerja sama yang didukung penuh oleh pemerintahan kedua negara, yang isi perjanjian diantaranya adalah untuk menjaga stabilitas harga CPO. Perkembangan Ekspor dan Konsumsi CPO Dunia.
Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan (Ariati, R, 2007), sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali.
Tuntutan masyarakat/konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan baik dalam proses produksi maupun pemanfaatannya semakin tinggi, ini menimbulkan persaingan produsen untuk memanfaatkan bahan baku yang juga ramah lingkungan.Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia (Anonymous, 2006).Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun terakhir juga menunjukkan tren meningkat, rata-rata peningkatannya adalah sebesar 11%. Ekspor terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini berada di urutan ke3 dengan perbedaan share yang cukup jauh yaitu hanya berkisar 1,3%.Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia dan Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya. Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia dimana Malaysia sudah mulai terbatas.
Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor dunia cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju). Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia. Harga CPO dunia pada tahun 2006 adalah USD540/ton, relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga selama tujuh tahun terakhir.Untuk mengatasi fluktuasi harga ini, pihak gabungan pengusaha kelapa sawit Malaysia (MPOA) dan gabungan petani kelapa sawit Indonesia (GAPKI) mengadakan perjanjian kerja sama yang didukung penuh oleh pemerintahan kedua negara, yang isi perjanjian diantaranya adalah untuk menjaga stabilitas harga CPO. Perkembangan Ekspor dan Konsumsi CPO Dunia.
HASIL KELAPA SAWIT
Bagian yang paling utama untuk
diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging.buah menghasilkan minyak
kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan
minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendahkolesterol, dan
memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi.bahan baku
margarin.Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri
kosmetika.Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan
temperatur 90°C.Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian
inti dan cangkang.dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti
dan cangkang dipisahkan.dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu
dialirkan ke dalam lumpur sehingga.sisa cangkang akan turun ke bagian bawah
lumpur.Sisa pengolahan buah sawit sangat.potensial menjadi bahan campuran
makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos
Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau
yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit.
Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan
dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak
sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan
farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit
memiliki keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan
tersebut antara lain:
1.
Menjadi
sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi
2.
Dibanding
minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi
3.
Dibanding
minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas,
baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan
4.
Kandungan
gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya
Kendala-Kendala Pengembangan Industri Kelapa
Sawit Nasional
Secara fakta, prospek industri kelapa sawit
di Indonesia cukup baik, tetapi dalam pelaksanaan pengembangannya cukup banyak
kendala yang dihadapi diantaranya adalah:
1.
Kebijakan yang saling
tumpang tindih antara pusat dan daerah, seperti ijin pembukaan lahan yang
kadang membuat para pelaku bisnis ragu-ragu dalam bertindak dan mengakibatkan
biaya besar.
2.
Infrastruktur yang belum
memadai terutama pelabuhan ekspor. Diprediksikan dengan pertumbuhan lahan
kelapa sawit yang signifikan (jika tidak didukung adanya penambahan kapasitas
pelabuhan baik perluasan atau penambahan pelabuhan baru) maka industri kelapa
sawit dalam 10 tahun bisa terganggu karena akan banyak hasil produksi yang
tidak dapat diekspor, sementara daya tampung dalam negeri akan semakin terbatas
apalagi jika program bio diesel pemerintah tidak dapat berjalan seperti yang
diharapkan.
3.
Tumbuhnya industri hilir
tidak secepat pertumbuhan industri kelapa sawit itu sendiri, mengakibatkan
nilai jual hasil minyak kelapa sawit Indonesia bernilai rendah
(Tryfino.2006:2). Ekspor Indonesia baru 42% yang sudah berupa produk turunan kelapa
sawit, sedangkan ekspor industri kelapa sawit Malaysia sudah 80% lebih berupa
produk turunan.
4.
Belum adanya bukti yang jelas dari pemerintah
untuk mengembangkan industri ini, padahal pemerintah telah mengklem bahwa sektor ini adalah sektor unggulan Indonesia
untuk ekspor non migas dan penyerapan tenaga kerja.
Bab III
Tinjauan
Anaisis
Berdasarkan pengamata dari apa yang telah dikaji di dalam
makalh ini perkembangan industry kelapa sawit banyak menimbulkan dampak positif
bagi masyarakat Indonesia karena banyak menghasilkan peluang kerja bagi para
pengangguran selain itu dapat mengetahui secara lengkap seluruh kegiatan
perusahaan industry kelapa sawit.
Menambah pendapatan Negara,memperluas kesempatan
kerja,karena industry kelapa sawit memerlukan tenaga kerja yang cukup
banyak,dapat memberi dampak mensejahterakan bagi pedagang pupuk,karena dengan
adanya perkembangan industry kelapa sawit maka permintaan akan pupuk juga akan
meningkat,
Evaluasi
1.
Areal
industry kelapa sawit sebaiknya lebih di perluas,sehingga dapat lebih
berkembang dari segi produksi CPO
2.
perusahaan
harus lebih meningkatkan mutu
produksinya sehingga dapat bersaing dengan Negara penghasil CPO lainnya.
3.
Sebaiknya
pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dalam pembangunan industry kelapa
sawit yang sangat berpotensi menjadi sektor unggulan didunia.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Prospek pertumbuhan industri kelapa sawit ini
sangat cerah mengingat permintaannya yang terus meningkat, baik akibat dari
pertambahan yang alami seperti kenaikan pertambahan penduduk yang otomatis akan
meningkatan permintaan minyak goreng, berkembangnya industri hilir, dan yang
terakhir yang cukup mempengaruhi kenaikan permintaan CPO dunia secara
signifikan yaitu pengembangan energi alternatif pengganti minyak bumi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang
sangat diuntungkan dengan adanya perubahan penggunaan energi dunia ini karena
hanya dua negara yang mendominasi industri/perkebunan kelapa sawit, yaitu
Malaysia dan Indonesia. Malaysia pertumbuhannya cenderung melambat karena
adanya keterbatasan lahan, sedangkan di Indonesia potensi pengembangan lahannya
masih terbuka luas.
Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang efektif perluh
dilakukan pengembangan pabrik dan jalur
transportasinya untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi kerja yang lebih
baik dalam berproduksi CPO.
2. Sebaiknya perusahaan membuat suatu rencana kerja sehingga
produksi CPO akan semakin optimal dan juga perencanaan produksi yang lebih baik
lagi pada masa yang akan datang apabila pabrik telah berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif,Habibillah.2010perkembangan
industri PRODUKSI KELAPA SAWIT,http//:www.habibiezone.wordpress.com/pasca-panen-dan-standar-produksi-kelapa-sawit.html
Rankine, I. R dan T.H. Fairgurst.2000. Buku Lapangan : perkembangan KelapaSawit - Tanaman Menghasilkan. E.
S. Sutarta dan W. Darmosarkoro(Penerjemah). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Bogor. 106 hal.Terjemahan dari :
Field
handbook: Oil Palm Series-Mature.
Santoso, H., E. S. Sutarta, dan H. H. Siregar.2006. Potensi PengembanganPerkebunan Kelapa Sawit di Dataran
Tinggi. Jurnal Penelitian KelapaSawit.
14 (2) : 113 – 126
Tidak ada komentar:
Posting Komentar