LAPORAN
KE – 1
KARAKTERISTIK
EKOSISTEM HUTAN HUJAN TROPIS
OLEH
KELOMPOK 1
ILLIYIN
SLAMET RIDOANTO
NASIR SAIFUL
BAHRI
AHMAD RIVAI
M. FAUZAN
NAFARIN
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
POLITEKNIK
KELAPA SAWIT
CITRA WIDYA
EDUKASI
BEKASI
2013
Kata Pengantar
Segala
puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang menurunkan Al-Quran bagi umat manusia
sebagai petunjuk manusia di dunia dan akhirat. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Terima kasih penulis ucapkan kepada
kedua orang tua atas segala doa dan dukungannya dan kepada dosen pembimbing
pelajaran Ekologi Umum, Bapak Aaang Kuvaini, S,Si, M.Si. yang telah membimbing
selama pelajaran di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi ini.
Alhamdulillah penulis ucapakan
karena telah selesainya makalah pertama pelajaran Ekologi Umum yang berjudul
“Karakteristik Ekosistem Hutan Hujan Tropis” dengan tepat waktu dan sesuai
dengan rencana. Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas pelajaran Ekologi Umum
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Bekasi,
Maret 2013
Penulis
Daftar
Isi
Halaman
Judul ................................................................................................... i
Kata
Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar
Isi ............................................................................................................ iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang ................................................................................. 1
1.2 Manfaat
............................................................................................ 2
BAB
II Karakteristik Ekosistem Hutan Hujan Tropis........................................ 4
BAB
III Struktur Hutan Hujan Tropis .............................................................. 8
BAB
IV Kerusakan Hutan Hujan Tropis............................................................ 20
BAB V Penutup
4.1
Kesimpulan .................................................................................................. 22
Daftar Pustaka
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Di dunia
ini banyak dipenuhi jenis hutan yang berbagai jenis tipe hutan yang tersebar
diseluruh dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa hutan adalah sebagai tempat atau
wilayah yang digunakan sebagai tempat tumbuhnya tumbuhan sebagai penyimpat
karbon dioksida dan tempat habitat hewan, pelestari tanah, dan sebagai salah satu aspek biosfer yang ada
dibumi.
Hutan
adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan
hutan baik di daerah tropis maupun daerah
beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau
kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu
kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu
lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Salah satu
jenis hutan adalah Hutan hujan tropika atau sering
juga ditulis sebagai hutan hujan tropis
adalah bioma berupa hutan yang selalu
basah atau lembap, yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa, yakni kurang
lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis
khatulistiwa.
Hutan hujan
tropika merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna di seluruh
dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai "farmasi terbesar
dunia" karena hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan
ini.
Hutan-hutan ini
didapati di Asia, Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan Kepulauan Pasifik. Dalam
peristilahan bahasa
Inggris, formasi hutan ini dikenal sebagai lowland
equatorial evergreen rainforest, tropical lowland evergreen rainforest,
atau secara ringkas disebut tropical rainforest.
Hutan hujan
tropika terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara
1.750 millimetre (69 in) dan 2.000 millimetre (79 in).
Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C (64 °F)
di sepanjang tahun.
Hutan basah ini
tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang subur atau relatif subur,
kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering < 2).
Hutan hujan
dataran rendah tropika ini ditemukan baik di kawasan Maleysia maupun di Amerika tropis; namun kemungkinan tidak terbentuk di Afrika. Di luar wilayah Malesia, hutan-hutan ini di Asia
didapati sedikit-sedikit di sekitar Assam dan Burma, sepanjang jalur sempit di Ghats Barat (India), Kepulauan Andaman, di perbatasan Thailand dengan Kamboja, di Cina selatan, Hainan dan Taiwan, serta di Pasifik di Kepulauan Melanesia dan mungkin pula Mikronesia.
Persebaran Hutan Hujan Tropis di dunia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_hujan_tropika
1.2 Manfaat
1. Agar
Mahasiswa mengetahui apa itu Hutan Hujan Tropis.
2. Mengetahui
bagaimana karakteristik Hutan Hujan Tropis.
3. Mengetahui
ciri khas yang mendasar dari Hutan Hujan Tropis.
4. Mengetahui
struktur Hutan Hujan Tropis.
5. Mengetahui
kerusakan yang terdapat pada Hutan Hujan Tropis.
BAB II
Karakteristik
Ekosistem Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan
tropika merupakan vegetasi yang paling
kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya
nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi
oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering),
sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi
dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada
tiga lapisan tajuk atas di hutan ini :
- Lapisan pohon-pohon yang lebih tinggi, muncul di
sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi hutan) sehingga
dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini bisa
sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun tak banyak.
Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih dari 30
m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
- Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang tingginya
antara 24–36 m.
- Lapisan tajuk bawah, yang tidak selalu menyambung.
Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang tertekan
pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
Kanopi hutan
banyak mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan rerantingan. Tajuk
atas ini demikian padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi kehidupan di lapis
bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas keberadaannya oleh sebab
kurangnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai hutan, sehingga orang dan
hewan cukup leluasa berjalan di dasar hutan.
Ada dua lapisan
tajuk lagi di aras lantai hutan, yakni lapisan semak dan lapisan vegetasi
penutup tanah. Lantai hutan sangat kurang cahaya, sehingga hanya jenis-jenis
tumbuhan yang toleran terhadap naungan yang bertahan hidup di sini; di samping
jenis-jenis pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait
cabang untuk mencapai atap tajuk. Akan tetapi kehidupan yang tidak begitu
memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang dan organisme pengurai (dekomposer) lainnya
tumbuh berlimpah ruah. Dedaunan, buah-buahan, ranting, dan bahkan batang kayu
yang rebah, segera menjadi busuk diuraikan oleh aneka organisme tadi. Pemakan semut raksasa juga hidup di sini.
Pada saat-saat
tertentu ketika tajuk tersibak atau terbuka karena sesuatu sebab (pohon yang
tumbang, misalnya), lantai hutan yang kini kaya sinar matahari segera diinvasi
oleh berbagai jenis ternak, semak dan anakan pohon; membentuk
sejenis rimba yang rapat.
Hutan di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango
Hutan di Gunung Manglayang
Hutan hujan ini
adalah yang paling kaya keanekaragaman hayatinya di antara jenis-jenis hutan
lainnya. Di Sarawak dan Brunei saja diperkirakan terdapat antara 1.800–2.300 spesies
pohon dengan diameter batang ≥ 10 cm.
Hutan
hujan tropis merupakan yang terkaya di dunia dari segi keanekaragaman hayati.
Walaupun dengan cakupan yang kurang tujuh persen dari daratan bumi, hutan hujan
tropis berisi lebih dari 50 persen jenis hewan dan tumbuhan di dunia. Selain
itu hutan hujan tropis memiliki kemampuan yang baik dalam hal menyerap dan
menyimpan air, sehingga dapat dijadikan sebagai penyangga untuk menjaga
lingkungan dari kekeringan dan banjir.
BAB III
Struktur Hutan Hujan Tropis
1. Ekosistem Hutan Hujan Tropis
Hutan Hujan Tropis adalah suatu masyarakat kompleks merupakan tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dalam buku ini istilah kanopi hutan digunakan sebagai suatu yang umum untuk menjelaskan masyarakat tumbuhan keseluruhan di atas bumi. Di dalam kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya; cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah. Banyak dari pohon yang lebih kecil berkembang dalam naungan pohon yang lebih besar di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan. Di atas bentuk pohon dan dalam iklim mikro dari cakupan pertumbuhan kanopi dari berbagai jenis tumbuhan lain: pemanjat, epiphytes, mencekik, tanaman benalu, dan saprophytes.
Pohon dan kebanyakan dari tumbuhan lain berakar pada tanah dan menyerap unsur hara dan air. Daun-Daun yang gugur, Ranting, Cabang, dan bagian lain yang tersedia; makanan untuk sejumlah inang hewan invertebrata, yang penting seperti rayap, juga untuk jamur dan bakteri. Unsur hara dikembalikan ke tanah lewat pembusukan dari bagian yang jatuh dan dengan pencucian dari daun-daun oleh air hujan. Ini merupakan ciri hutan hujan tropis yang kebanyakan dari gudang unsur hara total ada dalam tumbuhan; secara relatif kecil di simpan dalam tanah.
Di dalam kanopi hutan, terutama di hutan dataran rendah, disana hidup binatang dengan cakupan luas, hewan veterbrata dan invertebrata, beberapa yang makan bagian tumbuhan, yang memakan hewan. Hubungan timbal balik kompleks ada antara tumbuhan dan binatang, sebagai contoh, dalam hubungan dengan penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Beberapa tumbuhan, yang disebut myrmecophytes, menyediakan tempat perlindungan untuk semut di dalam organ yang dimodifikasi. Banyak tumbuhan, menghasilkan bahan-kimia yang berbisa bagi banyak serangga dan cara ini untuk perlindungan diri dari pemangsaan.
Keseluruhan masyarakat organik dan lingkungan phisik dan kimianya bersama-sama menyusun dasar ekosistem pada hutan hujan tropis. Jika bagian dari hutan menjadi rusak, tumbuhan (dan satwa) terbukanya gap, yang lain menyerbu dengan persaingan; ada suatu suksesi sekunder dari komunitas tumbuhan seral, hingga dengan cepat suatu masyarakat yang serupa menjadi asli seperti semula. Ini disebut “Klimaks”. Pada permukaan tanah terbuka, contohnya, terjadi pada 1963 oleh letusan Gunung Agong di Bali, suatu suksesi primer, atau prisere, terjadi juga hingga Klimaks.
2. Synusiae
Suatu
synusia adalah suatu kelompok tumbuhan dari bentuk hidup yang serupa mengisi
relung yang sama dan berperan serupa di dalam komunitas dimana bentuknya
terpisah (Richards 1952); Ini merupakan suatu bentuk hidup komunitas terpisah.
Synusiae menyediakan suatu bahan untuk menganalisa masyarakat tumbuhan yang kompleks. Richards (1952) telah memperkenalkan suatu penggolongan yang praktis untuk synusiae hutan hujan tropis:
A. Tumbuhan Autotrophic (dengan butir hijau daun)
1. Tumbuhan Independent Mekanis (a) pohon dan treelets; ( b) herba.
2. Tumbuhan Dependent Mekanis (a) pemanjat; ( b) para pencekik;
( c) epiphytes ( termasuk semi-parasitic epiphytes).
B. Tumbuhan Heterotrophic (tanpa butir hijau daun).
1. Saprophytes.
2. Parasites.`
Jamur beracun
Jenis sangat berbeda hubungan taxonomic menyusun synusiae. Seperti halnya yang dipunyai bentuk hidup umum, banyak juga mempunyai physiognomy yang sangat serupa. Penyajian yang relatif ttg kelompok ekologis berbeda dalam berbagai Formasi hutan hujan tropis adalah penting definisi mereka. Mereka adalah mewakili seluruh hutan hujan dataran rendah yang hijau tropis. Synusiae terjadi sepanjang daerah tropis di mana saja Formasi ditemukan.
3. Siklus Pertumbuhan Hutan
Pohon ada yang mati dan secepatnya mati disebabkan umur yang tua, biasanya dari ujung cabang memutar kembali kepada tajuk, sedemikian sehingga spesimen hampir mati tua (`overmature' di dalam bahasa rimbawan) adalah ‘‘stagheaded'', dengan dahan lebat yang diarahkan oleh hilangnya anggota yang semakin langsing; lubang biasanya berongga pada tingkat ini.
Gugur tajuk ke bawah adalah bagiannya, dan secepatnya batang dan musim gugur potongan dahan sisanya, sering menyurut oleh suatu hembusan keras badai yang diawali dengan angin. Alternatif batang terpisah sebagai kolom berdiri. Banyak pohon tidak pernah menjangkau tingkat lanjut seperti itu tetapi diserang mati oleh kilat atau turun satu demi satu atau di dalam kelompok pada kedewasaan utama mereka atau lebih awal. Rimbawan mencoba untuk memanen suatu pohon baik sebelum umur tua hampir matinya.
Kematian dari suatu pohon individu atau suatu kelompok menghasilkan suatu gap di dalam kanopi hutan yang memungkinkan pohon lain tumbuh. Ini pada gilirannya menjangkau kedewasaan dan barangkali senescence; kemudian mati. Kanopi Hutan, secara terus menerus mengganti pohon tumbuh dan mati. Ini merupakan suatu kesatuan hidup dalam keadaan keseimbangan dinamis. Itu menyenangkan untuk diteliti pertumbuhan ini siklus kanopi ke dalam tiga fasa: tahap gap, membangun tahap, dan tahap dewasa ( cf. Watt 1947).
Tingkat dan pengaturan dari tahap ini berbeda dari hutan ke hutan, sebagian besar berbeda sebab faktor yang menyebabkan kematian. Di Hutan Hujan Dipterocarpaceae selalu hijau pada Malaya Tengah, suatu daerah dimana gap kecil merupakan hal yang biasa terjadi.
Jumlah materi tumbuhan baru memproduksi per unit area per unit waktu, yang dapat disebut netto produktivitas primer hutan, berbeda antara tiap tahapan. Tahap gap yang rendah, meningkat ke suatu maksimum di dalam tahap pertumbuhan, dan merosot sepanjang tahap dewasa ( cf. Watt 1947).
4. Stratifikasi
Hutan sering dianggap menjadi lapisan atau
strata dan formasi hutan berbeda untuk mendapatkan jumlah strata berbeda &
Strata ( Lapisan, atau tingkat) sering mudah dilihat dalam hutan atau pada
suatu diagram profil, tetapi kadang tidak dapat.
Mungkin pemakaian umum istilah stratifikasi untuk mengacu pada lapisan total
tingginya pohon, yang kadang-kadang diambil seperti lapisan tajuk pohon.
Pandangan yang klasik lapisan pohon yang selalu hijau dataran rendah tropis
hutan hujan adalah bahwa ada lima strata, A-E. Lapisan A merupakan lapisan
paling tinggi pohon yang paling besar yang biasanya berdiri seperti terisolasi
atau kelompok yang muncul kepala dan bahu, di atas berlanjut lapisan B, kanopi
yang utama. Di bawah B adalah suatu tingkat pohon lebih rendah, Lapisan C
ditunjukan bergabung dalam B kecuali pada dua poin-poin dekat akhir. Lapisan D
adalah berhutan treelets dan lapisan E forest-floor tumbuh-tumbuhan herba dan
semaian bibit kecil. Bersama-Sama ini lima lapisan menjadi anggota synusiae
dari tumbuhan autotrophic independent mekanis. Dihubungkan dengan Lapisan
struktural ini, sering kasus yang di dalam strata yang lebih rendah tajuk pohon
kebanyakan lebih tinggi dari lebar, dan sebaliknya.
Konsep struktural lapisan kelihatan hilang pada alam yang dinamis dari kanopi hutan hujan, kenyataannya yang tumbuh dalam ditambah sejak semula. Penambalan pada berbagai ukuran adalah tahap beragam siklum pertumbuhan hutan.
Lapisan bentuk tajuk berhubungan dengan pertumbuhan pohon.
Pohon muda masih bertumbuh tingginya lingkar hampir selalu monopodial, dengan batang tunggal (ada beberapa perkecualian, sebagai contoh Alstonia), dan tajuk pada umumnya sempit dan jangkung. Pohon Dewasa kebanyakan jenis adalah sympodial, tanpa batang pusat tunggal, dan beberapa dahan melanjut untuk tumbuh menambah lebar tajuk setelah dewasa tingginya telah dicapai; paling pada umumnya, sympodial tajuk lebih luas dibanding mereka adalah dalam, terus meningkat sangat dengan meningkatnya umur pohon.
Pohon lebih pendek belum dewasa dibanding yang tinggi. Lapisan bentuk tajuk begitu sangat diharapkan. Pertumbuhan Tinggi kebanyakan jenis pohon menjadi sempurna ketika hanya antara sepertiga dan setengah mencapai lubang diameter akhir. Diikuti daun-daunan akan cenderung untuk dipusatkan berlapis-lapis di mana suatu jenis atau suatu kelompok jenis dari dewasa serupa tingginya mendominasi suatu posisi, sebagai contoh, di dalam hutan dipterocarp.
Lapisan struktural kadang-kadang kelihatan pada diagram profil atau di dalam hutan dan jumlah dan tingginya lapisan akan tergantung pada tahap atau mewakili tahap siklus pertumbuhan. Tiga lapisan pohon di dalam pohon hutan hujan tropis yang selalu hijau dataran rendah adalah suatu yang abstrak menyenangkan menghadirkan status yang umum bangunan dan tahap dewasa mempertimbangkan bersama-sama.
Tetapi pengambilan data dari suatu area tanpa memperhatikan langkah-langkah yang phasic akan pada umumnya mengaburkan keberadaan lapisan, kecuali Hutan dengan sedikit jenis atau kelompok yang mendewasakan pada kemuliaan berbeda.
Penggunaan lain dari konsep stratifikasi pada ketinggian dimana jenis pohon tertentu atau bahkan keluarga-keluarga biasanya dewasa. Sebagai contoh, di Malaya muncul atau yang paling atas lak terdiri kebanyakan kelompok Dipterocarpaceae dan Leguminosae. Tentang Dipterocarpaceae, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Shorea menyediakan banyak yang muncul dan sebagai pembanding Hopea dan Vatica pohon yang kecil yang B dan C lapisan.
Hanya sedikit dari 53 jenis Leguminosae Pohon didalam Malaya adalah umum seperti muncul, terutama jenis Dialium, Koompassia, dan Sindora ( Whitmore 1972d). Hutan hujan dataran rendah selalu hijau Dipterocarp pada umumnya puncak kanopi pada 45 m, dan umumnya pohon individu mencapai tinggi 60 m. Pohon paling tinggi dicatat adalah Kompassia Excelsa ( 80'72 m Malaya, 83'82 m. Sarawak; Gambar. 4.2, p. 54) dan Dryobalanops aromatica 67'1 m ( Foxworthy 1926).
Timur Pilipina dipterocarps hanya di tempat penting dan kanopi lebih rendah, sebagai contoh, Vitex cofassus Pometia pinnata di dalam Hutan dataran rendah Bougainville pada umumnya 30- 35 m tinggi dengan muncul tersebar sampai 39 m ( Heyligers 1967).
Burseraceae dan Sapotaceae berlimpah-limpah pada lapisan kanopi utama di barat Malesia dan lapisan puncak kanopi di timur Malesia. Pada daerah yang luas ini tingkat umumnya dikatakan lapisan C atau lapisan pohon bawah berisi kebanyakan jenis dua famili pohon paling besar, Euphorbiaceae dan Rubiaceae, dan banyak Annonaceae, Lauraceae, dan Myristicaceae, di antara yang lain.
Pohon yang mencapai puncak kanopi terlihat ke atmospir eksternal, sangat trerisolasi, temperatur tinggi, dan pergerakan angin harus dipertimbangkan, dan harus yang sesuai diadaptasikan secara fisiologis. Di dalam kanopi microclimate sungguh berbeda, seperti telah digambarkan di pendahuluan pada bab ini dan dilanjutkan yang berikutnya.
Mengikutinya mungkin salah satu yang dikenali dari dua kelompok yang berbeda jenis, menyesuaikan untuk diatur dua kondisi-kondisi ini; dan menarik seluruh jenis itu, atau bahkan seluruh familinya, memanfaatkan satu situasi atau yang lain. Jenis yang tumbuh dibawah naungan tetapi mencapai puncak dari kanopi pada tingkat dewasa dengan hidup di dua lingkungan sangat berbeda pada tahap berbeda dalam hidup, dan mungkin berubah secara fisiologis, meskipun demikian data eksperimen masih sebagian besar kekurangan.
5. Bentuk Pohon
Pohon adalah bentuk hidup yang utama pada hutan hujan. Bahkan tumbuhan bawah sebagian besar terdiri dari tambuhan berkayu bergentuk pohon berhutan; semak belukar yang terlihat jarang, meskipun demikian lapisan D sering dengan bebas disebut “lapisan semak belukar”
-
Tajuk
Aspek yang paling penting dari bentuk pohon untuk rimbawan yang disebut dalam bagian yang sebelumnya, adalah perbedaan antara konstruksi tajuk monopodial dan sympodial. Kebanyakan jenis berubah ke bentuk tajuk sympodial ketika mereka dewasa tetapi beberapa mempertahankan bentuk tajuk monopodial sepanjang seluruh hidup, sebagai contoh, semua Annonaceae dan Myristicaceae di hutan tropis timur jauh, ini umum terjadi di antara jenis pohon kecil berkembang di dalam kanopi.
Rimbawan tertarik dengan volume kayu yang meningkat per area, dan pohon-pohon monopodial dengan karakteristik tajuk yang sempit, merupakan subyek yang lebih baik dalam penanaman dibandingkan jenis sympodial.
Ini merupakan salah satu alasan mengapa conifer yang akan ditanam pada tropika basah yang memiliki daya tarik lebih untuk diperhatikan, khusunya Pinus spp tropis, dan Araucaria dan mengapa Shorea spp dari kelompok Dipterocarpaceae kayu Meranti Merah Terang dan jenis cepat tumbuh lainnya, jenis yang memerlukan cahaya, jenis kayu keras asli setempat, seperti Albizia falcata, Campnosperma, Endospernum dan Octomeles, memiliki perhatian yang terbatas.
Tajuk pohon memiliki konstruksi yang tepat. Faktor utama yang menentukan bentuk tajuk adalah pertumbuhan apical versus lateral, meristem radial simetrik versus bilateral simetrik, berselang–seling dan berirama versus pertumbuhan berlanjut dari tunas dan daun atau bunga. Kombinasi faktor-faktor ini hanya memberikan pembatasan jumlah total dari model yang mungkin dari konstruksi tajuk. Arsitektur pohon tidak berkorelasi baik dengan taksonomi, beberapa famili kaya akan model, contohnya Euphorbiaceae dan yang lain miskin, contohnya Myristicaceae.
- Batang Pohon
Untuk mengamati bentuk batang pohon di atas lantai hutan selalu lebih kurang seperti tiang, sedikitnya sampai bagian yang paling rendah, dan ia merasakan seolah-olah di dalam suatu katedral beratap hijau. Sesungguhnya ada beberapa yang pada umumnya dapat dibandingkan dengan lilin yang kecil, dapat dilihat pada pohon yang di tebang dan kelebihannya harus dibuat ketika membuat tabel volume untuk tujuan kehutanan.
-
Banir
Tinggi Banir, menyebar, bentuk permukaan dan ketebalan biasanya tetap di dalam suatu jenis dan oleh karena itu, seperti bentuk tajuk penunjang adalah penuntun untuk identifikasi hutan. Ada sedikit bukti yang ganjil untuk menilai kebenaran atau jika tidak menyangkut penyamarataan yang umum bahwa pohon dengan akar ketukan dalam tidak membentuk penunjang, dan sebaliknya.
- Kulit Batang
Sesuatu kekeliruan umum bahwa semua atau sebagian pohon hutan memiliki kulit batang yang pucat, tipis dan licin. Ini jauh dari kenyataan, hutan hujan kaya dengan warna dan bayangan dari hitam (Dyospiros) sampai putih (Tristania), sampai warna coklat terang (Eugenia). Kecuali batang-batang pohon yang mengarah keluar iklim mikro hutan, seperti pohon yang dalam proses terisolasi dan pada pinggiran hutan, memiliki warna yang seragam yaitu abu-abu pucat.
Sapihan dan tiang yang kecil memiliki kulit batang yang tipis dan lembut. Batang pohon dengan diameter di atas 0.9 m memperlihatkan suatu keaneka ragaman bentuk permukaan, secara kasar seperti bercelah, bersisik, atau “dippled”, dan beberapa licin. Setelah daun, karakteristik permukaan kulit batang dan penampilannya menjadi bantuan yang paling utama ke pengenalan jenis hutan dan mungkin punya arti untuk taksonomi. Beberapa famili homogen kulit batangnya dan yang lain menunjukkan pola gamut.
- Bunga
Biasanya bunga berkembang berhubungan dengan batang (Cauliflory) atau cabang (ramiflory) bervariasi antara formasi hutan hujan tropis yang berbeda. Cauliflory adalah paling umum di hutan hujan tropis dataran rendah yang selalu hijau dan berkurang sehubungan dengan pertambahan tinggi tempat.
- Akar
Suatu Pertumbuhan, memperbaharui minat akan sistem akar pohon hutan hujan tropis dengan pengembangan studi dalam produktivitas dan siklus hara.. Seperti kebanyakan kasus, kebanyakan akar ditengah hutan hujan ditemukan sampai pada 0.3 m atau kira-kira pada tanah. Banyak pohon yang sistem perakarannya dangkal dengan tidak menembus terlalu dalam semuanya. Beberapa, mungkin sedikit, mempunyai akar ketukan dalam, tetapi oleh karena; berhubungan dengan berbagai kesulitan dalam pelaksanaannya maka sistem perakaran sangat sedikit dipelajari.
Nye dan Greenland (1960) sudah memberi perhatian pada peran penting akar secara relatif , beberapa menembus ke kedalaman tertentu untuk mengambil hara mineral dari pelapukan partikel batuan atau horizon alluvial, di samping peran mereka sebagi penstabil dan jangkar. Sesungguhnya sangat sukar untuk mengetahui akar mana yang sangat bagus dan merupakan ciri hidup mereka.
Komponen ini kemudian biasanya diremehkan, meskipun demikian esuatu yang sangat substansial dalah menegtahui jumlah biomassa akar. Biomassa akar merupakan urutan kesepuluh dari total biomassa dari dua hutan yang dipelajari. Hal ini merupakan alasan yang dapat dipercaya menagapa akar terkonsentarsi di permukaan karena hara inorganik terbentuk di sana sebagai hasil dekomposisi sisa-sisa bagian tumbuhan yang jatuh dan hewan yang mati.
6. Epifit,
pemanjat dan pencekik
Epifit dan pemanjat dibuat stratifikasi. Di dalam masing-masing synusia dua kelompok utama dapat dikenali, suatu photophytic atau kelompok yang memerlukan matahari , menyesuaikan diri secara morfologi maupun fisiologi dengan iklim mikro dari kanopi hutan, dan skiophytic atau kelompok yang memerlukan keteduhan, menyesuaikan diri dengan daerah yang lebih dingin, lebih gelap dan lebih lembab pada iklim mikro dari kanopi hutan, meskipun demikian perbdaan ini tidak pernah absolut.
- Epifit
Epifit tajuk pohon seperti kebanyakan anggrek dan Ericaceae. Dalam hutan hujan tropika banyak tumbuh golongan epifit yang jumlahnya kurang lebih 10% dari pohon-pohon dalam hutan hujan (Richards, 1952). Epifit adalah semua tumbuh-tumbuhan yang menempel dan tumbuh di atas tanaman lain untuk mendapatkan sinar matahari dan air. Akan tetapi epifit bukanlah parasit. Epifit bahkan menyediakan tempat tumbuh bagi hewanhewan tertentu seperti semut-semut pohon dan memainkan peranan penting dalam ekosistem hutan. Sebagian besar tanaman ini (seperti lumut, ganggang, anggrek, dan paku-pakuan) tingkat hidupnya rendah dan bahkan lebih senang hidup di atas tumbuhtumbuhan lain daripada tumbuh sendiri.
- Pemanjat
Banyak pemanjat yang menjangkau puncak kanopi mempunyai bentuk tajuk, dan sering juga ukuran, dari tajuk pohon. Pemanjat biasanya dengan bebas menggantung pada batang pohon, dan dapat berubah menjadi pemanjat berkayu besar. Mereka diwakili oleh banyak famili tumbuhan. Semua kecuali dua jenis dicurigai Gymnosperm Gnetum adalah pemanjat berkayu besar. Di antara pemanjat berkayu besar yang paling umum adalah Annonaceae. Palm yang menjadi pemanjat, rotan, adalah kelas penting lainnya dari pemanjat berkayu besar yang merupakan corak hutan hujan.
Pemanjat berkayu paling besar adalah photophytes dan tumbuh prolifically di dalam pembukaan hutan dan pinggiran hutan, menimbulkan dongeng yang populer rimba raya tebal yang tak dapat tembus. Mereka bertumbuh dalam gap dan tumbuh dengan tajuk pada pohon muda, maka akan ikut dengan bertumbuh tingginya penggantian kanopi. Mereka juga bertumbuh setelah operasi penebangan dan boleh membuktikan suatu rintangan serius kepada pertumbuhan suatu hutan
- Pencekik
Para pencekik adalah tumbuhan yang memulai hidupnya sebagai epifit dan menurunkan akar ke tanah dan meningkat dalam jumlah dan ukuran dan bertahan di bawah tekanan dan akhirnya dapat membungkus pohon yang menjadi tuannya sehingga sering pohon itu kemudian mati. Contoh pencekik adalah Schefflera, Fagraea, Timonius, Spondias dan Wightia.
BAB IV
Kerusakan pada Hutan Hujan Tropis
Hutan
hujan tropis terletak di daerah tropis dan mendapat sinar matahari sepanjang
tahun. Di bumi terdapat tiga bagian hutan tropis yang luas yaitu : Di Benua
Amerika, terkenal dengan Hutan Amazon, di Afrika terdapat hutan tropis Zaire
dan sekitarnya. Sedangkan di Asia terdapat Hutan tropis yang luas di daerah
Indonesia dan Malaysia. Hutan tropis hampir mencakup 30 % luas daratan di
permukaan bumi. Namun sayang, pengurangan luas hutan tropis terus terjadi
secara drastis. Di Indonesia saja kerusakan hutan tropis setiap tahun
diperkirakan 1,6 juta sampai 2 juta. Hutan tropis Brasil, hilang sekitar 50.000
mil persegi dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
Pencegahan
kerusakan hutan dengan membatasi penebangan pohon-pohon. Penebangan terkendali
untuk memanen hasil hutan kayu dilakukan di beberapa negara, dengan
mempergunakan berbagai jenis sistem silvikultur. Salah satu sistem yang banyak
dipakai adalah sistem tebang pilih
atau selective logging, namun bila pelaksanaan di lapangan jauh dari recana
yang telah ditetapkan maka penebangan dapat mengakibatkan kerusakan hutan.
Penebangan sesuai rencana dapat membantu proses regenerasi hutan dengan membuka
rumpang-rumpang yang memberikan cahaya optimal bagi keberlangsungan hidup
permudaan alam.
Hutan
hujan tropis sangat rentang terhadap kerusakan, selain lingkungan tanah yang
terkenal dengan "miskin hara", juga rentang terhadap
gangguan manusia dan hama. Bahaya yang sangat nyata akibat kerusakan hutan
adalah banjir pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau.
Hutan hujan tropis membantu penyerapan air hujan yang jatuh dan menyimpannya di
sela-sela perakaran. Hutan mengalami proses transpirasi yaitu menguapnya air ke
udara bebas. Proses penguapan yang terjadi pada sebuah pohon sekitar 760 liter
air per tahun yang akan membentuk awan. Bahkan bila tidak ada hujan yang turun,
hutan tetap terjaga kelembabannya.
Kepunahan
spesies-spesies endemik akibat kerusakan hutan tropis masih terus berlangsung.
Banyak spesies yang belum dapat diidentifikasi sudah lenyap dari permukaan bumi
dan mungkin saja spesies-spesies tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Manfaat lain dari hutan hujan tropis merupakan sumber makanan, kosmetik,
dan obat-obatan. Saat ini banyak yang tertarik pada kegiatan "bioprospecting"
yaitu suatu kegiatan usaha peluang bisnis mencari dan meneliti sumber makanan,
kosmetik dan obat-obatan di dalam hutan hujan tropis. National Cancer
Institute (NCI) menyebutkan sekitar 70 % obat anti kanker yang berasal
dari tanaman ditemukan pada hutan hujan tropis. Sebuah perusahaan farmasi
sedang mengembangkan obat baru yang dapat menyembuhkan HIV, dan tumbuhan
tersebut ditemukan di hutan Kalimantan.
BAB
V
Penutup
5.1
Kesimpulan
Hutan Hujan Tropis adalah hutan yang selalu
basah atau lembap, yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa, Hutan dataran
rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis
(layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45
m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau
sepanjang tahun.
Terdiri dari 50 persen jenis hewan dan tumbuhan di
dunia.
Selain
itu hutan hujan tropis memiliki kemampuan yang baik dalam hal menyerap dan
menyimpan air, sehingga dapat dijadikan sebagai penyangga untuk menjaga
lingkungan dari kekeringan dan banjir.
Daftar
Pustaka
Azis.
2010. “Hutan Hujan Tropis” dalam http://geografiupi2010.blogspot.com /2012/10/hutan
-hujan-tropis.html. Diakses Pada Tanggal 31 Maret 2013,
pukul 16.11 WIB.
2010.
“Tipe-Tipe Hutan Tropis” dalam http://pengertian-definisi.blogspot.com
/2010/10/tipe-tipe-hutan-tropis.html. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013, pukul 15.01 WIB.
2010. “Struktur Hutan Hujan Tropis”
dalam http://ekologi-hutan.blogspot.com/2010/
10/ strukt ur-hutan-hujan-tropis.html. Diakses pada tanggal
31 Maret 2012, pukul 15.31 WIB.
2010. “Karakteristik Hutan Hujan Tropis” dalam http://irwantoforester .wordpress.com/ kondisi-hutan-tropis-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013, pukul 15. 29 WIB.
2012. “Hutan Hujan
Tropis” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_hujan_tropika.
Diakses
pada tanggal 31 Maret 2013, pukul 16.02 WIB.
dapus harusnya yg dapat dipercaya
BalasHapus